Senin, 29 Oktober 2012

Pura Pucak Kedaton - Batukaru

Pura Pucak Kedaton - Batukaru


Pura Luhur Batukaru dalam status Sad Khayangan Jagat sebagai Linggacala Ida SangHyang Mahadewa disebut dengan Mahadewa lazimnya dalam kehidupan masyarakat pengempon disebut Batukaru.

 Batukaru merupakan kekuatan penangkeb yang bermakna raja para Dewa-Dewa sehingga manifestasi Ida Sang Hyang Widhi yang dipuja di Pura Batukaru oleh masyarakaat setempat disebut dengan istilah Ida Betara Panembahan Penataran Jagat Bali. Dan puncak gunung Batukaru disebutkan dengan istilah Pucak Kedaton.
Pucak artinya kedudukan tertinggi, sedang Kedaton atau kedatuan artinya keratuan Raja di Raja.

Jadi Kedaton berarti keraton yang artinya komando tata pemerintahan niskala. Gunung Batukaru dengan puncaknya kedaton merupakan manifestasi Ida SangHyang Widhi sebagai badan eksekutif,yaitu pelindung kehidupan sarwa pranidengan menganugrahkan pengurip bumi dengan perangkat badan pembantunya disebut sebagai Jajar Kemiri. Jajar artinya jaringan Kemiri adalah tingkih (kemiri), jadi Jajar Kemiri adalah jaringan yangmembangun kekuatan kemiri dimaksud ,sehingga kuat dan tidak mudah lapuk. Pura-pura yang merupakan jajar kemiri dariPura Batukaru di sebelah kanan adalah; Pura Muncak Sari dan Pura Tambaa Waras dan di sebelah kirinya yaitu Pura Petalidan Pura Besi Kalung. Dengan demikian Pura Dhang Khayang Jagat Bali dikuatkandengan adanya Pura Jajar Kemiri yang mempunyai fungsi sebagai kekuatan Jagat Bali.
Kami dari rombongan Ashram Gayatri Batubulan, mengadakan acara dharmayatra kesana pada tanggal 11 Agustus 2012, dan kembali pada tanggal 12 Agustus, keesokan harinya.

Perjalanan sempat menjadi ragu, karena sehari menjelang perjalanan, Pinisepuh kami, penglingsir Ashram Gayatri “ Ida Pandita Agni Yoga Sarasvati” , selaku pemimpin dan pengkoordinir acara, menyampaikan bahwa rencana mekemit di puncak kedaton dibatalkan, dan hanya tangkil pada tanggal 12 agustus saja. Hal itu merupakan hasil dari pertimbangan beliau, mengingat banyak peserta adalah ibu-ibu dan anak-anak, yg tidak kuat dengan dinginnya angin pegunungan.
Hal itu sempat membuat down mental kami semua, karena kami telah melakukan persiapan yg matang, dan telah menunggu acara ini dari jauh-jauh hari. Melihat raut wajah kekecewaan dari semua anggota Ashram Gayatri, akhirnya beliau tidak tega, dan memberikan ijin kepada kami, rombongan inti ashram gayatri, intuk mendahului kesana, tanpa didampingi oleh penglingsir kami, yg menyusul di keesokan harinya.
Malam harinya, Ida Nak Lingsir mepuja, mohon petunjuk dan perlindungan bagi kami semua. Tidak lupa, saya dan seorang teman (ketut Suardika) diminta ikut meditasi, dan mohon petunjuk serta perlindungan atas perjalanan kami tersebut. Setelah selesai mepuja, Ida nak lingsir langsung memberikan perintah untuk kami berjalan. Secara fisik, beliau tidak menyertai kami, tetapi do’a dan bhatin beliau telah mengiringi perjalanan kami tersebut.
Akhirnya, hari yg ditunggu tunggu pun tiba. Pada pagi harinya, saya dan beberapa teman, mengikuti acara agnihotra yg dilangsungkan di GriyaGayatri, mohon perlindungan agar kami semua selamat sampai di tempat tujuan. Diawali dengan acara do’a bersama, dan mohon petunjuk Ida Nak Lingsir, kami pun siap berangkat.
Tanpa terasa, kami pun sudah sampai di parkiran terakhir untuk tempat pendakian. Setelah melakukan persembahyangan di dasar, kami pun memulai perjalanan. Ini adalah pengalaman pertama saya untuk naik gunung. Bermodalkan tekad dan semangat, saya berjalan bersama rombongan. Jalanan begitu sulit dan terjal.
Di setiap pelinggih yg kami temui, kami selalu menghaturkan sesajen, dan berdo’a buat keselamatan kami semua. Sekitar 300 meter dari puncak, saya mengalami kram otot kaki, sehingga saya tidak bisa berjalan, dan rombongan harus menunggui agar saya bisa melanjutkan perjalanan. Setelah dipijat oleh seorang teman, akhirnya saya pun berhasil melanjutkan perjalanan. Dengan selalu mengucapkan “ Om Gam Ganapataye Namo Namaha, dan Om Shri Ganesha Ya Namaha”, saya terus memohon kepada Tuhan agar saya bisa sampai di puncak.

Tidak sia sia, akhirnya setelah kurang lebih 5 jam perjalanan, kamipun sampai di puncak. Indahnya pemandangan di kegelapan malam, dengan lampu-lampu jalanan yg terlihat di kejauhan, serta ribuan bintang di langit, membuat suasana malam menjadi begitu indah.
Setelah melakukan berbagai persiapan, kami pun melakukan persembahyangan bersama di areal utama Pura Puncak Kedaton, yg hanya merupakan sebuah batu besar, yg menyerupai sebuah kursi. Dipimpin oleh seorang pemangku, yg walau sejujurnya kami bilang, bahwa sama sekali tidak nyaman dengan kepemimpinan beliau dalam bersembahyang, tetapi kami tetap mengikuti acara persembahyangan tersebut dengan khidmat. Segala do’a yg kami tau, kami panjatkan disana.
Setelah selesai bersembahyang, kami membikin api unggun, dan makan bersama. Sungguh disayangkan, karena salah seorang anggota, tidak dapat mengikuti semua acara disana, karena dia mengalami kram dan kedinginan. Semalaman dia tidak bisa mengikuti acara, dan menikmati keindahan alam diatas gunung Batukaru tersebut.
Tepat jam 12 malam, saya dan beberapa anggota rombongan dari Ashram yg belum tidur, melakukan upacara agnihotra sederhana, sesuai dengan apa yg kami ketahui. Walaupun sederhana sekali, tetapi kami sangat menikmati acara agnihotra tersebut.
Setelah agnihotra, kami melanjutkan dengan bhajan, dan kami puput dengan parama shanti. Setelah itu, acara kami lanjutkan dengan ngobrol hingga pagi. Tidak lupa, suplemen khusus kami, yg selalu menyertai dan melindungi daya tahan kami, yaitu “TUTUH” selalu kami nikmati, dan kami konsumsi untuk menjaga daya tahan tubuh kami atas dinginnya angin malam di puncak.
Tidak terasa, pagi pun datang. Kami mendapatkan suguhan berupa keindahan alam yg bahkan tidak pernah kami mimpikan. Kami serasa berada di sebuah negeri diatas awan, sama seperti cerita dongeng. Hamparan awan putih berada jauh dibawah kami. Keindahan itu ditambah ketika matahari mulai muncuk di ufuk timur. Semua rombongan bersorak kegirangan, dan merasakan kebahagiaan yg tiada tara.
Setelah puas menikmati keindahan alam, kami melanjutkan dengan acara makan bersama, dan selanjutnya kami kembali bermain, layaknya anak kecil yg bertemu teman sebayanya, dan bermain-main bersama.
Sekitar pukul 10 pagi, satu persatu anggota dari rombongan Ida Nak lingsir mulai berdatangan. Kami pun melakukan penyambutan kepada mereka, dan terakhir Ida Pandita Agni Yoga Sarasvati, diiringi Ida Istri, dan Putri Beliau pun datang. Kami semua menyambut kehadiran beliau.
Setelah istirahat sejenak, dan dilanjutkan dengan acara tutuh bersama, acara pun dilanjutkan dengan persembahan upacara Agnihotra di depan baatu besar sebagai pelinggih utama di Pura tersebut.
Semua mengikuti acara dengan khusuk, dibawah teriknya panas sang surya di siang hari. Hanya rombongan pemangku yg ikut mekemit disana saja yg tidak mau mengikuti acara tersebut, entah dengan alasan apa.
Setelah persembahyangan tersebut, kami kembali menikmati acara makan bersama, dan selanjutnya melakukan persiapan untuk kembali pulang.
Saat perjalanan pulang, kami mengiringi langkah ida nak lingsir. Kami pun nunas sebatang kayu kasua, untuk teteken ida nak lingsir, dan bagian atasnya kami manfaatkan untuk tongkat kami.
Sampai di sekitar setengah perjalanan, salah satu peserta, yg umurnya sekitar 70-80 tahunan, sedikit terperosot, sehingga kakinya bengkak. Atas perintah ida nak lingsir, saya, ketut suardika, dan pak nyoman gading, memapah nenek itu secara bergantian, sampai ke parkiran. Kurang lebih sekitar satu setengah jam, kami secara bergantian memapah sang nenek, hingga sampai di parkiran.
Akhirnya, sekitar jam 6 sore, kami sampai di parkiran, dan melanjutkan perjalanan pulang, dengan rasa bahagia, dan juga capek yg luar biasa.
Akhir kata, catatan saya ini saya tutup dengan ucapan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena berkat rahmat Beliau lah, kami segenap peserta dharmayatra ini bisa sukses dan selamat sampai di tempat tujuan, dan selamat sampai kembali pulang.
Tidak lupa kami segenap keluarga Ashram Gayatri mengucapkan Terima kasih sebanyak-banyaknya kepada Penglingsir kami “ IDA PANDITA AGNI YOGA SARASVATI” atas segala bimbingan dan tuntunannya, sehingga acara ini bisa berlangsung dengan damai, indah dan selamat.
OM SHANTI SHANTI SHANTI OM……


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar