Jumat, 07 Desember 2012

Tri Kaya Parisudha


TRI KAYA PARISUDHA

Tri Kaya Parisudha artinya tiga gerak perilaku manusia yang harus disucikan, yaitu berpikir yang bersih dan suci (Manacika), berkata yang benar (Wacika) dan berbuat yang jujur (Kayika). Dari tiap arti kata di dalamnya, Tri berarti tiga; Kaya bararti Karya atau perbuatan atau kerja atau prilaku; sedangkan Parisudha berarti “upaya penyucian”.Jadi “Trikaya-Parisudha berarti “upaya pembersihan/penyucian atas tiga perbuatan atau prilaku kita”.

PENYUCIAN PIKIRAN (MANACIKA)

Inilah tindakan yang harus diprioritaskan, karena pada dasarnya semua hal bermula disini. Ia menjadi dasar dari prilaku kita yang lainnya (perkataan dan perbuatan); dari pikiran yang murni akan terpantul serta terpancarkan sinar yang menyejukan orang-orang disekitar kita, sebaliknya pikiran keruh akan meruwetkan segala urusan kita, walaupun sebenarnya tak perlu seruwet itu. Tentu ruwet tidaknya suatu permasalahan, amat tergantung pada cara kita memandang serta cara kita menyikapinya.

Bila pandangan kita sempit dan gelap, semuanya akan menjadi sumpek dan pengap. Sebaliknya bila pandangan kita terang, segala hal akan tampak jelas sejelas-jelasnya. Ibarat mengenakan kacamata, penampakan yang diterima oleh mata amat tergantung pada kebersihan, warna bahan lensanya, serta kecangihan dari bahan lensanya. Jadi, apapun adanya suatu keberadaan, memberikan pancaran objektif bagi kita, namun kita umumnya tidak dapat menangkapnya dengan objektif.

Pandangan kotor akan menampakkan objek kotor dan tidak murni dimata kita. Apabila cara pandang serupa itu kita gunakan memandang berbagai fenomena hidup dan kehidupan, tentu hidup kita menjadi ruwet, menimbulkan duka-nestapa, serta berbagai kondisi-kondisi pikiran negatif. Hal inilah yang terjadi dalam pikiran kita. Pikiran kita menjadi kotor dan suram pandangan kita sendiri. Untuk itu hanya kita sendiri yang dapat membersihkannya. Hal ini dalam Hindu disebutkan :”tak ada makhluk dari alam manapun yang dapat menyucikan batin kita, apabila kita sendiri tidak bergerak dan berupaya kearah itu, terlebih benda-benda materi, tentu tak mungkin menyucikan siapa-siapa”.

Untuk menyucikan pikiran, perlu memperbaiki pandangan terlebih dahulu. Untuk memperbaiki pandangan, diperlukan pemahaman yang baik dan mencukupi tentang falsafah ajaran agama yang dapat dipelajari dari kitab suci dan bimbingan guru. Melalui hal tersebut, banyak kegelapan dan kegalauan batin kita menjadi sirna, terbitnya cahaya terang dalam batin melalui bimbingan beliau, membantu mempercepat proses menuju tujuan akhir. 

Tiga macam implementasi pengendalian pikiran dalam usaha untuk menyucikannya, disebutkan di dalam Saracamuscaya, adalah:
1. Tidak menginginkan sesuatu yang tidak layak atau halal.
2. Tidak berpikiran negatif terhadap makhluk lain.
3. Tidak mengingkari HUKUM KARMA PHALA.


Demikianlah disebutkan didalam salah satu Kitab Suci umat Hindu, bila kita cermati inti dari tiga hal di atas adalah bahwa dengan faham karma phala sebagai hukum pengatur yang bersifat universal, dapat membimbing mereka, yang meyakininya untuk berpola pikir yang benar dan suci.

PENYUCIAN PERKATAAN (WACIKA).

Terdapat empat macam perbuatan melalui perkataan yang patut di kendalikan, yaitu:
1. Tidak suka mencaci maki.
2. Tidak berkata-kata kasar pada siapapun.
3. Tidak menjelek-jelekan, apalagi memfitnah makhluk lain.
4. Tidak ingkar janji atau berkata bohong.


Demikianlah disebutkan dalam Sarasamuscaya; kiranya jelas bagi kita bahwa betapa sebetulnya semua tuntunan praktis bagi pensucian batin telah tersedia. Kita harus dapat menerapkannya sesuai dengan kemampuan masing-masing.

PENYUCIAN PERBUATAN FISIK dan PRILAKU (KAYIKA).

Terdapat tiga hal utama yang harus dikendalikan, yaitu:
1. Tidak menyakiti, menyiksa, apalagi membunuh-bunuh makhluk lain.
2. Tidak berbuat curang, sehingga berakibat merugikan siapa saja.
3. Tidak berjinah atau yang serupa itu.


Demikianlah sepuluh hal penting dalam pelaksanaan Tri Kaya Parisudha sesuai dengan apa yang dijabarkan dalam kitab Saracamuscaya. Pengamalan Tri Kaya Parisudha dalam kehidupan sehari-hari sangat diperlukan untuk membentuk karma serta hubungan yang baik antar sesama umat.

Senin, 03 Desember 2012

Perbedaan Agama dan Spiritual



Perbedaan Agama dan Spiritual
 
         Loka samastha sukhino bhavantu
         Semoga Semua mahluk di dunia ini berbahagia

Berbicara agama kita selalu bertemu dua batasan, baik dan buruk. Dalam agama kedua hal ini selalu berlawanan.
Baik-buruk, Surga-neraka, Malaikat-iblis, Dan seterusnya...

Selama kita masih berada dalam kesadaran agama, maka kita masuk kedalam pertentangan ini. Suka-tidak suka, itu ada dalam wilayah agama. Agama hanyalah sebuah alat untuk mengenal Tuhan, tidak lebih!

Bagaimana dengan spiritual?
Spiritual adalah tahapan yang dicapai manusia setelah melewati agama, dalam spiritual baik-buruk, hitam-putih, malaikat-iblis, bukan untuk dipertentangkan. Pemahamannya sudah jauh berbeda, semua perbedaan itu dilihat sebagai apa adanya, tanpa penghakiman. Seperti manusia yang masuk kebun bunga yang tidak mempertentangkan perbedaan warna-warna di kebun bunga, tapi melihat keberagaman sebagai suatu yang indah yang saling melengkapi. Kebaikan tiada artinya tanpa ada keburukan, dimanakah kita bisa temukan kebaikan jika tiada kejahatan? Apakah maknanya sorga jika tiada adanya neraka? Dengan pemahaman tersebut di hati kita tak adalagi kebencian akan ajaran orang lain, atau penghakiman akan keburukan ajaran2 yang lain. Kesempurnaan bukankah ada karena adanya ketidak sempurnaan?

Demikianlah kemudian di masa lampau ada tokoh spiritual india yg bernama swami vivekananda mengatakan, pencapaian pemahaman manusia bukanlah pada baik dan buruk, tapi seharusnya dari kebaikan yg lebih rendah menuju kebaikan yang lebih tinggi.
Tak dapat dipungkiri pemikiran swami banyak mempengaruhi pemikiran tokoh2 dijamannya dan generasi-generasi muda sekarang.

Seorang spiritualis akan memberikan kedamaian dan pencerahan pada lingkungannya, dia ibarat cahaya lilin, yang mengusir kegelapan, kegelapan akan selalu ada, dia tidak pergi jauh, tapi karena secercah cahaya lilin ini kegelapan tidak dapat menunjukan eksistensinya lagi.
Menurut Ida Pandita Agni Yoga Sarasvati, Agama itu penting, sebagai suatu jalan untuk dapat mengenal Tuhan, dengan memberikan batasan-batasan tertentu dalam bertingkah laku, tetapi, jangan sampai Agama itu menjadi sebuah kotak yg membungkus kita, sehingga kita tidak bisa menghargai dan menghormati orang lain, sehingga kita menjadi orang yg fanatik, dan menganggap orang yg berbeda agama dengan kita adalah musuh kita. Disinilah diperlukan suatu jalan baru, yg disebut dengan jalan spiritual, sehingga kita bisa menjalankan keyakinan beragama, dan membedah kotak kefanatikan kita terhadap agama itu sendiri, sehingga kita bisa menjadi pribadi yg bisa menerima perbedaan, dan bisa menghargai pendapat dan keyakinan orang lain...

Agama hanya mengenalkan manusia akan exsistensi Tuhan, sedangkan spiritual mengajak orang berjalan bersama Tuhan.

Nah silahkan pilih, terkotak dalam agama ataukah melangkah dalam spiritual…
Semua itu adalah pilihan…


Selasa, 20 November 2012

Hubungan Rsi Gana & Memuja Patung Ganesha



HUBUNGAN ANTARA RSI GANA DAN NGELINGGIHANG PATUNG GANESHA, DALAM MEMUJA DEWA GANESHA
Kita Sebagai Umat Hindu di Bali, yg sangat kental dengan adat dan tradisi banten, apabila kita mendengar tentang upacara Rsi Gana, maka dalam bayangan kita adalah upacara yg besar, dengan sesaji berupa banten yg banyak, serta biaya yg tidak sedikit.
Sekarang mari kita perjelas tentang kenapa kita harus memuja Ganesha, apa filosofi Ganesha, apa itu Upacara Rsi Gana, dan apa pula kaitannya dengan Ngelinggihang patung Ganesha.
Kenapa Kita Harus Memuja Ganesha?
Dewa Ganesha dalam keyakinan sebagian besar masyarakat Hindu melambangkan pengertian, kebijaksanaan, maupun kercerdasan untuk bisa membedakan yang harus dimiliki seseorang untuk mencapai kesempurnaan dalam hidupnya. Dewa Ganesha adalah dewa Hindu yang dalam patung dan gambarnya yang terkenal dan dilambangkan dengan bentuk manusia yang memiliki kepala gajah. Selain bernama Ganesha, dewa ini juga disebut dengan Ganapati atau Winayaka.
Umat Hindu yang memuja Dewa Ganesha adalah untuk memohon berkah Tuhan agar dapat mencapai keberhasilan dalam dunia fisik untuk selanjutnya mencapai kesempurnaan. Dewa Ganesha adalah dewa yang harus terlebih dahulu dipuja sebelum melakukan pemujaan kepada dewa atau dewi lain atau perayaan lainnya.
Dalam mitologi Hindu, Dewa Ganesha adalah putra Dewa Siwa dan Dewi Parwati (bentuk lain dari Dewi Durga). Dewa Siwa juga memerintahkan agar Ganesha dipuja pertama kali dalam semua upacara keagamaan sebelum memuja dewa lainnya.
Filosofi Ganesha
Ganesha yang tubuhnya besar berkepala gajah adalah salah satu Dewa yang sangat di kagumi karena beliau sangat pemurah hati. Beliau merupakan lambang kecerdasan, kebijaksanaan serta selalu melindungi para pemujanya dari berbagai rintangan.Ganesha menjadi sangat dikagumi dan dicintai para pemujanya karena Dia merupakan Dewa yang penganugrah dengan penuh kasih akan apa yang diinginkan para pemujanya.Dibalik keunikan bentuk tubuhnya tersirat makna filosofi yang sangat tinggi seperti apakah filosofi Ganesh itu?
Ganesha, sosok Dewa berbadan gemuk dan berkepala gajah ini sudah tidak asing lagi dalam kehidupan kita sehari-hari. Ganesha menjadi ikon/simbol lembaga-lembaga penting, sekolah-sekolah, atau pusat studi sebagai simbol ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan.
Ganesha telah menjadi begitu populer, dan kepopulerannya tidak hanya pada kalangan Hindu, tetapi telah merambah dunia secara keseluruhan. Seluruh umat, dari Hindu, Islam, Kristen, hingga Budha melihat Ganesha sebagai sosok mahluk lucu dan unik.

  1. Ganesha memiliki kepala yang besar dengan dua telinga besar dan mata yang sipit. Kepala besar melambangkan kita sebagai manusia seharusnya lebih banyak menggunakan akal daripada fisik dalam memecahkan masalah.
    Sedangkan mata yang sipit berarti konsentrasi. Pikiran harus diarahkan ke hal-hal positif untuk memperbaiki daya nalar dan pengetahuan.
  2. Ganesha juga memiliki dua telinga besar yang mengajarkan supaya kita mendengarkan orang lain lebih banyak. Kita selalu mendengar, tetapi jarang sekali kita mendengarkan orang lain dengan baik: “Dengarkan ucapan-ucapan yang membersihkan jiwa dan seraplah pengetahuan dengan telingamu.”
  3. Ganesha mematahkan satu gadingnya untuk menggurat Kitab Suci di atas daun tal. Satu gading berarti kesatuan. Simbol ini menyarankan manusia hendaknya bersatu untuk satu tujuan mulia & suci.
  4. Lantas, Ganesha juga memiliki mulut yang kecil dan hampir tidak kelihatan karena tertutup belalainya yang dengan rakus ”menghirup rasa” manisan susu ilmu di tangannya. Mulut yang kecil itu mengajarkan agar kita mengontrol gerak mulut dan lidah. Maksudnya adalah bahwa kita harus mengurangi pembicaraan yang tidak-tidak.
  5. Sementara belalai yang menjulur melambangkan efisiensi dan adaptasi yang tinggi.
  6. Beralih ke badan Ganesha yang besar:
    Hal pertama yang kita lihat pastilah perutnya, karena perut itu memang buncit. Ganesha memang selalu dimanja oleh ibu Parvati, istri Siva sebagai anak kesayangan. Perut buncit melambangkan keseimbangan dalam menerima baik-buruknya gejolak dunia. Dunia diliputi oleh sesuatu yang berpasangan, yakni pasangan dua hal yang bertolak belakang. Ada senang, ada pula sedih. Ada siang, ada pula malam.
    Ada wajah suram kesedihan di balik tawa riang kita. Dan sebaliknya, ada keriangan dan semangat dibalik kesenduan kita. Itulah hidup, dan kita harus menyadarinya.
  7. Ganesha memiliki 4 tangan yang merupakan simbolis 4 peralatan bathin (antahkarana).
    1. Tangan kanan depan bersikap abhaya hasta (memberi berkat) kepada pemuja, umat manusia. Selain itu Beliau juga memberkati dan melindunginya dari segala rintangan dalam usaha pencapaian Tuhan.
    2. Tangan kanan belakang memegang kapak, dengan kapak itu beliau memotong keterikatan para bhaktanya dari keterikatan duniawi
    3. Tangan kiri belakang memegang tali dan dengan tali beliau menarik mereka untuk semakin dekat dengan kebenaran, kebajikan, dan cinta kasih serta intektualitas, kemudian pada akhirnya beliau mengikatnya untuk mencapai tujuan umat tertinggi.
    4. Tangan kiri depan membawa modaka (manisan). Wah, enak yah dapat manisan dari Dewa? Hehe, hya iya lah tentunya! Manisan/modaka/bola nasi yang dipegang oleh Dewa Ganesha perlambang pahala dari kebahagiaan yang beliau berikan kepada pemuja-Nya.
    5. Terakhir, ada seekor tikus yang selalu berada di dekat Ganesha. Tikus, seperti sifat hewan aslinya, adalah hewan yang penuh nafsu mengigit. Ia memakan apa saja untuk memenuhi hasrat perutnya. Demikianlah tikus dijadikan lambang nafsu dalam figur Ganesha. Lalu mengapa tikus itu menjadi tunggangan Ganesha yang berbadan berat & tinggi ini?
      Tikus, atau nafsu harus ditundukkan. Kita harus bisa menjadikan nafsu sebagai kendaraan sehingga kita dapat mengendalikannya, namun banyak manusia kini menjadi kendaraan dari nafsunya sendiri.
Upacara Rsi Gana dan Memuja Patung Ganesha
Upacara Rsi Gana sesungguhnya adalah sebuah upacara yg didedikasikan atau dilakukan untuk memuja dewa Ganesha, serta memberikan persembahan berupa caru kepada rencangan Ida Bhatara Ganesha, agar tidak mengganggu, dan bisa memberikan kedamaian kepada keluarga sang pelaksana upacara Rsi Gana tersebut.
Jadi, dalam konteks agama yg kita kenal saat ini saja, kita sudah diwajibkan untuk melakukan pemujaan kepada Dewa Ganesha, minimal sekali dalam kurun waktu tertentu. Nah apabila kita bisa memuja beliau setiap hari, bukankah itu jadi lebih baik??
Ngelinggihang Patung Ganesha
Patung Ganesha adalah sebuah simbolisasi dewa yang menetralisir pengaruh tidak baik. Jika patung tersebut di upacarai, di plaspas dan dipasupati maka itu adalah sebuah tempat suci, dan tentunya boleh di banteni. Namun jika patung ganesha itu hanya hiasan yang tidak diupacarai namun dihaturkan banten canang misalnya setiap rainan, maka itu akan menjadi rumah dari Bhuta Kala. Dalam kala tatwa disebutkan bahwa apabila kita membuat sebuah pelinggih ataupun perupaan (patung) yang berwujud para dewa yang tidak diupacarai namun dihaturkan banten maka itu akan di stanai oleh para bhuta kala.
Dari pemahaman tersebut, maka menurut Ida Pandita Agni Yoga Sarasvati, bahwa sangatlah erat kaitannya antara ngelinggihang patung Ganesha dengan upacara Rsi Gana. Dengan ngelinggihang Patung Ganesha,dan dipuja serta dikasi persembahan setiap hari, maka secara otomatis, kita akan melakukan upacara Rsi Gana setiap hari.
Karena tugasnya sebagai penjaga, maka patung Ganesha bagusnya ditaruh tepat di angkul-angkul atau pekarangan rumah yg menghadap langsung dengan pintu masuk pekarangan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menetralisir ataupun menolak kekuatan negative yg akan masuk pekarangan rumah kita.

Berikut ada beberapa mantra untuk memuja Ganesha :
1.    Om Gam Ganapatayae Namaha
Mantra ini dipergunakan untuk memulai sesuatu yang baru, seperti memulai perjalanan, mengadakan usaha baru, buka kantor baru, penandatanganan kontrak-dagang baru, sehingga pelaksanaan usaha tidak menemui hambatan-hambatan.
2.    Om Namo Bhagabatae Gajaanaaya Namaha
Mantra ini untuk meminta kehadiran Ganesha, dan akan dapat dirasakan kehadirannya.
3.    Om Shri Ganeshaaya Namaha
Mantra ini untuk meningkatkan daya-ingat (terutama pelajar dan mahasiswa) untuk mencapai tingkat lebih tinggi dalam belajar.
4.    Om Vakratundaaya Hum
Mantra ini sangat kuat untuk menghambat dan menghilangkan pikiran-pikiran buruk, baik untuk pribadi maupun untuk manusia di tingkat nasional maupun internasional bahkan tingkat universal. Sering dipergunakan untuk mengusir setan. Dapat juga untuk penyembuhan penyakit yang berkaitan tulang belakang (dari bawah ke atas) dan penyakit dipaha. Untuk itu harus diucapkan 1008 kali (bukan 108 kali !).
5.    Om Kshipra Prasadaya Namaha
Mantra ini bersifat “instant” (cepat sekali). Mantra ini diucapkan, ketika ada bahaya atau kesulitan yang sudah tidak bisa diatasi sendiri.
6.    Om Vinayakaaya Namaha
Mantra ini dipergunakan untuk melancarkan segala macam pekerjaan/usaha. Anda akan dapat menguasai dan memecahkan masalah dengan baik serta membuat “masa keemasan”.