Selasa, 20 November 2012

Hubungan Rsi Gana & Memuja Patung Ganesha



HUBUNGAN ANTARA RSI GANA DAN NGELINGGIHANG PATUNG GANESHA, DALAM MEMUJA DEWA GANESHA
Kita Sebagai Umat Hindu di Bali, yg sangat kental dengan adat dan tradisi banten, apabila kita mendengar tentang upacara Rsi Gana, maka dalam bayangan kita adalah upacara yg besar, dengan sesaji berupa banten yg banyak, serta biaya yg tidak sedikit.
Sekarang mari kita perjelas tentang kenapa kita harus memuja Ganesha, apa filosofi Ganesha, apa itu Upacara Rsi Gana, dan apa pula kaitannya dengan Ngelinggihang patung Ganesha.
Kenapa Kita Harus Memuja Ganesha?
Dewa Ganesha dalam keyakinan sebagian besar masyarakat Hindu melambangkan pengertian, kebijaksanaan, maupun kercerdasan untuk bisa membedakan yang harus dimiliki seseorang untuk mencapai kesempurnaan dalam hidupnya. Dewa Ganesha adalah dewa Hindu yang dalam patung dan gambarnya yang terkenal dan dilambangkan dengan bentuk manusia yang memiliki kepala gajah. Selain bernama Ganesha, dewa ini juga disebut dengan Ganapati atau Winayaka.
Umat Hindu yang memuja Dewa Ganesha adalah untuk memohon berkah Tuhan agar dapat mencapai keberhasilan dalam dunia fisik untuk selanjutnya mencapai kesempurnaan. Dewa Ganesha adalah dewa yang harus terlebih dahulu dipuja sebelum melakukan pemujaan kepada dewa atau dewi lain atau perayaan lainnya.
Dalam mitologi Hindu, Dewa Ganesha adalah putra Dewa Siwa dan Dewi Parwati (bentuk lain dari Dewi Durga). Dewa Siwa juga memerintahkan agar Ganesha dipuja pertama kali dalam semua upacara keagamaan sebelum memuja dewa lainnya.
Filosofi Ganesha
Ganesha yang tubuhnya besar berkepala gajah adalah salah satu Dewa yang sangat di kagumi karena beliau sangat pemurah hati. Beliau merupakan lambang kecerdasan, kebijaksanaan serta selalu melindungi para pemujanya dari berbagai rintangan.Ganesha menjadi sangat dikagumi dan dicintai para pemujanya karena Dia merupakan Dewa yang penganugrah dengan penuh kasih akan apa yang diinginkan para pemujanya.Dibalik keunikan bentuk tubuhnya tersirat makna filosofi yang sangat tinggi seperti apakah filosofi Ganesh itu?
Ganesha, sosok Dewa berbadan gemuk dan berkepala gajah ini sudah tidak asing lagi dalam kehidupan kita sehari-hari. Ganesha menjadi ikon/simbol lembaga-lembaga penting, sekolah-sekolah, atau pusat studi sebagai simbol ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan.
Ganesha telah menjadi begitu populer, dan kepopulerannya tidak hanya pada kalangan Hindu, tetapi telah merambah dunia secara keseluruhan. Seluruh umat, dari Hindu, Islam, Kristen, hingga Budha melihat Ganesha sebagai sosok mahluk lucu dan unik.

  1. Ganesha memiliki kepala yang besar dengan dua telinga besar dan mata yang sipit. Kepala besar melambangkan kita sebagai manusia seharusnya lebih banyak menggunakan akal daripada fisik dalam memecahkan masalah.
    Sedangkan mata yang sipit berarti konsentrasi. Pikiran harus diarahkan ke hal-hal positif untuk memperbaiki daya nalar dan pengetahuan.
  2. Ganesha juga memiliki dua telinga besar yang mengajarkan supaya kita mendengarkan orang lain lebih banyak. Kita selalu mendengar, tetapi jarang sekali kita mendengarkan orang lain dengan baik: “Dengarkan ucapan-ucapan yang membersihkan jiwa dan seraplah pengetahuan dengan telingamu.”
  3. Ganesha mematahkan satu gadingnya untuk menggurat Kitab Suci di atas daun tal. Satu gading berarti kesatuan. Simbol ini menyarankan manusia hendaknya bersatu untuk satu tujuan mulia & suci.
  4. Lantas, Ganesha juga memiliki mulut yang kecil dan hampir tidak kelihatan karena tertutup belalainya yang dengan rakus ”menghirup rasa” manisan susu ilmu di tangannya. Mulut yang kecil itu mengajarkan agar kita mengontrol gerak mulut dan lidah. Maksudnya adalah bahwa kita harus mengurangi pembicaraan yang tidak-tidak.
  5. Sementara belalai yang menjulur melambangkan efisiensi dan adaptasi yang tinggi.
  6. Beralih ke badan Ganesha yang besar:
    Hal pertama yang kita lihat pastilah perutnya, karena perut itu memang buncit. Ganesha memang selalu dimanja oleh ibu Parvati, istri Siva sebagai anak kesayangan. Perut buncit melambangkan keseimbangan dalam menerima baik-buruknya gejolak dunia. Dunia diliputi oleh sesuatu yang berpasangan, yakni pasangan dua hal yang bertolak belakang. Ada senang, ada pula sedih. Ada siang, ada pula malam.
    Ada wajah suram kesedihan di balik tawa riang kita. Dan sebaliknya, ada keriangan dan semangat dibalik kesenduan kita. Itulah hidup, dan kita harus menyadarinya.
  7. Ganesha memiliki 4 tangan yang merupakan simbolis 4 peralatan bathin (antahkarana).
    1. Tangan kanan depan bersikap abhaya hasta (memberi berkat) kepada pemuja, umat manusia. Selain itu Beliau juga memberkati dan melindunginya dari segala rintangan dalam usaha pencapaian Tuhan.
    2. Tangan kanan belakang memegang kapak, dengan kapak itu beliau memotong keterikatan para bhaktanya dari keterikatan duniawi
    3. Tangan kiri belakang memegang tali dan dengan tali beliau menarik mereka untuk semakin dekat dengan kebenaran, kebajikan, dan cinta kasih serta intektualitas, kemudian pada akhirnya beliau mengikatnya untuk mencapai tujuan umat tertinggi.
    4. Tangan kiri depan membawa modaka (manisan). Wah, enak yah dapat manisan dari Dewa? Hehe, hya iya lah tentunya! Manisan/modaka/bola nasi yang dipegang oleh Dewa Ganesha perlambang pahala dari kebahagiaan yang beliau berikan kepada pemuja-Nya.
    5. Terakhir, ada seekor tikus yang selalu berada di dekat Ganesha. Tikus, seperti sifat hewan aslinya, adalah hewan yang penuh nafsu mengigit. Ia memakan apa saja untuk memenuhi hasrat perutnya. Demikianlah tikus dijadikan lambang nafsu dalam figur Ganesha. Lalu mengapa tikus itu menjadi tunggangan Ganesha yang berbadan berat & tinggi ini?
      Tikus, atau nafsu harus ditundukkan. Kita harus bisa menjadikan nafsu sebagai kendaraan sehingga kita dapat mengendalikannya, namun banyak manusia kini menjadi kendaraan dari nafsunya sendiri.
Upacara Rsi Gana dan Memuja Patung Ganesha
Upacara Rsi Gana sesungguhnya adalah sebuah upacara yg didedikasikan atau dilakukan untuk memuja dewa Ganesha, serta memberikan persembahan berupa caru kepada rencangan Ida Bhatara Ganesha, agar tidak mengganggu, dan bisa memberikan kedamaian kepada keluarga sang pelaksana upacara Rsi Gana tersebut.
Jadi, dalam konteks agama yg kita kenal saat ini saja, kita sudah diwajibkan untuk melakukan pemujaan kepada Dewa Ganesha, minimal sekali dalam kurun waktu tertentu. Nah apabila kita bisa memuja beliau setiap hari, bukankah itu jadi lebih baik??
Ngelinggihang Patung Ganesha
Patung Ganesha adalah sebuah simbolisasi dewa yang menetralisir pengaruh tidak baik. Jika patung tersebut di upacarai, di plaspas dan dipasupati maka itu adalah sebuah tempat suci, dan tentunya boleh di banteni. Namun jika patung ganesha itu hanya hiasan yang tidak diupacarai namun dihaturkan banten canang misalnya setiap rainan, maka itu akan menjadi rumah dari Bhuta Kala. Dalam kala tatwa disebutkan bahwa apabila kita membuat sebuah pelinggih ataupun perupaan (patung) yang berwujud para dewa yang tidak diupacarai namun dihaturkan banten maka itu akan di stanai oleh para bhuta kala.
Dari pemahaman tersebut, maka menurut Ida Pandita Agni Yoga Sarasvati, bahwa sangatlah erat kaitannya antara ngelinggihang patung Ganesha dengan upacara Rsi Gana. Dengan ngelinggihang Patung Ganesha,dan dipuja serta dikasi persembahan setiap hari, maka secara otomatis, kita akan melakukan upacara Rsi Gana setiap hari.
Karena tugasnya sebagai penjaga, maka patung Ganesha bagusnya ditaruh tepat di angkul-angkul atau pekarangan rumah yg menghadap langsung dengan pintu masuk pekarangan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menetralisir ataupun menolak kekuatan negative yg akan masuk pekarangan rumah kita.

Berikut ada beberapa mantra untuk memuja Ganesha :
1.    Om Gam Ganapatayae Namaha
Mantra ini dipergunakan untuk memulai sesuatu yang baru, seperti memulai perjalanan, mengadakan usaha baru, buka kantor baru, penandatanganan kontrak-dagang baru, sehingga pelaksanaan usaha tidak menemui hambatan-hambatan.
2.    Om Namo Bhagabatae Gajaanaaya Namaha
Mantra ini untuk meminta kehadiran Ganesha, dan akan dapat dirasakan kehadirannya.
3.    Om Shri Ganeshaaya Namaha
Mantra ini untuk meningkatkan daya-ingat (terutama pelajar dan mahasiswa) untuk mencapai tingkat lebih tinggi dalam belajar.
4.    Om Vakratundaaya Hum
Mantra ini sangat kuat untuk menghambat dan menghilangkan pikiran-pikiran buruk, baik untuk pribadi maupun untuk manusia di tingkat nasional maupun internasional bahkan tingkat universal. Sering dipergunakan untuk mengusir setan. Dapat juga untuk penyembuhan penyakit yang berkaitan tulang belakang (dari bawah ke atas) dan penyakit dipaha. Untuk itu harus diucapkan 1008 kali (bukan 108 kali !).
5.    Om Kshipra Prasadaya Namaha
Mantra ini bersifat “instant” (cepat sekali). Mantra ini diucapkan, ketika ada bahaya atau kesulitan yang sudah tidak bisa diatasi sendiri.
6.    Om Vinayakaaya Namaha
Mantra ini dipergunakan untuk melancarkan segala macam pekerjaan/usaha. Anda akan dapat menguasai dan memecahkan masalah dengan baik serta membuat “masa keemasan”.
 





Rabu, 14 November 2012

Kasta mengaburkan makna Catur Warna



SISTEM “KASTA & WANGSA” DI BALI MENGABURKAM MAKNA “CATUR WARNA”

 
Caturwarnyam maya srishtam
Guna karma wibhagasah
(Bhagavad-Gita Bab IV sloka 13)

Artinya :
Catur Warna adalah ciptaan- Ku
Menurut pembagian kwalitas kerja

Kata "Kasta" berasal dari bahasa Portugis "Caste" yang berarti pemisah, tembok, atau batas. Timbulnya istilah kasta dalam masyarakat Hindu adalah karena adanya proses sosial (perkembangan masyarakat) yang mengaburkan pengertian warna pada makna Catur Warna yang kita kenal dalam Agama Hindu. Pengaburan pengertian warna ini melahirkan tradisi kasta yang membagi tingkatan seseorang di masyarakat berdasarkan kelahiran dan status keluarganya. 

Di dalam Agama Hindu sendiri, sebenarnya yg ada itu adalah Catur Warna, yg berasal dari bahasa Sansekerta yaitu : ''Catur" berarti empat dan kata "warna" yang berasal dari urat kata Wr (baca: wri) artinya memilih. Catur Warna berarti empat pilihan hidup atau empat pembagian dalam kehidupan berdasarkan atas bakat (guna) dan ketrampilan (karma) seseorang, serta kwalitas kerja yang dimiliki sebagai akibat pendidikan, pengembangan bakat yang tumbuh dari dalam dirinya dan ditopang oleh ketangguhan mentalnya dalam menghadapi suatu pekerjaan. Empat golongan yang kemudian terkenal dengan istilah Catur Warna itu ialah: Brahmana, Ksatrya, Wesya, dan Sudra.

Warna Brahmana.
Disimbulkan dengan warna putih, adalah golongan fungsional di dalam masyarakat yang setiap orangnya menitikberatkan pengabdian dalam swadharmanya di bidang kerohanian keagamaan.
Warna Ksatrya.
Disimbulkan dengan warna merah adalah golongan fungsional di dalam masyarakat yang setiap orangnya menitikberatkan pengabdian dalam swadharmanya di bidang kepemimpinan, keperwiraan dan pertahanan keamanan negara.
Warna Wesya.
Disimbulkan dengan warna kuning adalah golongan fungsional di dalam masyarakat yang setiap orangnya menitikberatkan pengabdiannya di bidang kesejahteraan masyarakat (perekonomian, perindustrian, dan lain- lain).
Warna Sudra.
Disimbulkan dengan warna hitam adalah golongan fungsional di dalam masyarakat yang setiap orangnya menitikberatkan pengabdiannya di bidang ketenagakerjaan.

Dalam perjalanan kehidupan di masyarakat dari masa ke masa pelaksanaan sistem Catur Warna cenderung membaur mengarah kepada sistem yang tertutup yang disebut Catur Wangsa atau Turunan darah. Pada hal Catur Warna menunjukkan pengertian golongan fungsional, sedangkan Catur Wangsa menunjukkan Turunan darah

Di dalam Bhagawata Purana dan Smrti Sarasamuçcaya pasal 63 dengan tegas dijelaskan bahwa sebenarnya tidak ada suatu warna kalau tanpa dilihat dari segi perbuatannya.
Dari perbuatan dan sifat- sifat seperti tenang, menguasai diri sendiri, berpengetahuan suci, tulus hati, tetap hati, teguh iman kepada Hyang Widhi, jujur adalah gambaran seseorang yang berwarna Brahmana. Tetapi orang yang gagah berani, termasyhur, suka memberi pengampunan, perlindungan maka mereka itulah yang disebut Ksatrya.

Purana Sukra Niti memberi keterangan bahwa keempat warna itu tidak ditentukan oleh kelahiran, misalnya dari keluarga Brahmana lalu lahir anak Brahmana juga, tetapi sifat dan perbuatan mereka itulah yang menentukan sehingga mereka menjadi demikian seperti adanya empat warna itu.

Di Dalam Wiracarita Maha Barata juga dijelaskan bahwa sifat- sifat Brahmana ialah: jujur, suka beramal/ berderma, pemaaf, pelindung, takwa, cenderung untuk melakukan pertapaan dan menjadi seorang pemimpin umat dalam melakukan persembahyangan. Dan dijelaskan pula bahwa kelahiran anak dari seorang Sudra yang dikatakan mempunyai sifat- sifat seperti tersebut di atas, mereka bukanlah Sudra tetapi mereka adalah Brahmana. Tetapi seorang keturunan Brahmana yang tidak mempunyai sifat- sifat seperti itu, maka ia sesungguhnya Sudra

Sedangkan Menurut Panglingsir Ashram Gayatri, Ida Pandita Agni Yoga Sarasvati sendiri menyatakan bahwa, Di Bali ini, fanatisme masyarakat terhadap istilah kasta tersebut sudah bisa dikategorikan tingkat memprihatinkan, dimana faktor keturunan sangat diagung-agungkan, sehingga muncul anggapan bahwa derajat / kasta seseorang lebih tinggi dari orang lain….
Ingatlah…, kita lahir telanjang! Yang artinya bahwa kita tidak membawa kasta dari dunia sana.., dan agama pun tidak pernah mengajarkan tentang kasta. Yang ada itu hanyalah warna, yg bertujuan untuk memberi warna berdasarkan kegiatan mereka.
Dengan memiliki kesadaran bahwa kita hidup dan mati tidak akan membawa kasta, dan saat kita terlahir dan meninggal nanti adalah sama dengan orang lain, maka di dalam hati kita akan tumbuh suatu kesadaran bahwa kita adalah sama, tidak ada yg lebih rendah ataupun lebih tinggi, dan hanya perbuatan dan tingkah laku kita sajalah yg menjadikan kita memiliki penilaian lebih ataupun kurang dimata umat dan dimata Tuhan….

Akhir kata, Penulis mengajak semua umat manusia untuk menyadari, bahwa kita semua ini adalah bersaudara, dan tidak ada bedanya dimata Tuhan...
ayam bandhurayam neti ganana laghuchetasam udaracharitanam tu vasudhaiva kutumbakam”
(Maha Upanishad 6. 72)

Artinya :
Hanya anak kecil menyatakan secara diskriminasi: orang itu adalah sanak keluarga dan yang lain adalah orang asing. Bagi mereka yang hidup murah hati seluruh isi dunia  adalah keluarga.


Senin, 12 November 2012

Tutuh, Solusi Sehat Tanpa Biaya



 “TUTUH”, Solusi Kesehatan TERBAIK dengan TANPA BIAYA

Tutuh adalah sebuan nama ramuan obat cair yang cara mengkonsumsinya adalah lewat hidung. Di Jawa pengobatan seperti ini sering disebut dengan pengobatan gurah. Di Bali sendiri, pengobatan dengan cara ini sudah merupakan tradisi pengobatan turun temurun, dari jaman dulu, dan lebih dikenal dengan istilan “Ngaras”, menyedot cairan lewat lobang hidung. 

Pengobatan dengan cara ini, memang tergolong pengobatan secara extrim, dimana tidak semua orang memiliki keberanian yang besar untuk melalukannya. Bayangkan saja, bagaimana rasanya jika kita pada saat mandi, secara tidak sengaja, air masuk ke lobang hidung. Tetapi saat ini, untuk cara pemakaiannya sendiri, sudah lebih praktis, dimana si pasien tidak perlu menyedot cairan tutuh itu lewat hidung, tetapi sudah dibantu dengan tembakan sebuah spait. Sehingga cairan tersebut akan langsung menuju pusat saraf, dengan tidak terlalu terasa di hidung.

Campuran obat tutuh ini ada berbagai jenis. Ada yg biasanya menggunakan air dari kelapa muda yg telah dido’a kan,minyak, ataupun dari campuran obat-obatan tertentu. Khusus di “Ashram Gayatri”, kami mengadopsi ramuan dasar yg kami dapatkan dari “Ashram Ratu Bagus” di Muncan-Karangasem, yaitu dengan menggunakan bahan dasar berupa “AIR TEMBAKAU”

Di Ashram Gayatri, air tembakau ini dicampurkan dengan berbagai bahan obat, seperti abu upacara agnihotra, Vibhuti, dan berbagai bahan obat lainnya, ditambah dengan do’a khusus dari Penglingsir Ashram, Ida Pandita Agni Yoga Sarasvati, sehingga Ramuan Tutuh kami memiliki rasa yg keras, dan kami yakini memiliki khasiat yg luar biasa, tentunya atas restu dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Seperti apa yg penulis pernah baca di situs : khasiat air tembakau
dimana air tembakau sendiri sudah memiliki berbagai Khasiat untuk obat, diantaranya :
            1.       Hasilkan Protein Anti Kanker
            2.       Melepaskan Gigitan Lintah
            3.       Obat Diabetes & Antibodi
            4.       Anti Radang
            5.       Obat HIV/AIDS
            6.       Obat Luka

Sedangkan, Berdasarkan dari pengalaman pribadi penulis dan banyak rekan selaku penekun therapy tutuh ini, khasiat dari tutuh ini sangat luar biasa.
Berikut ada beberapa pengalaman yg bisa penulis sampaikan, dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya :
            -          Dari penulis sendiri : Seblum menggunakan tutuh ini, HAMPIR setiap hari merasakan sakit kepala, sehingga untuk meredakan sakit tersebut, harus mengkonsumsi obat-obatan kimia yg tentunya memiliki efek samping yg keras. Tetapi semenjak metutuh ini, sampai sekarang rasa sakit kepala itu hilang entah kemana. Disamping itu, dengan rutin metutuh, secara otomatis, rasa keberanian untuk minum alcohol, seperti tuak, arak, dll akan sangat berkurang, sehingga kita akan bisa mengurangi untuk mengkonsumsi minuman keras tersebut, bahkan tidak mungkin dapat menghilangkan rasa kecanduan kita terhadap minuman beralkohol.
            -          Ketut Suardika (singaraja) : Dia pernah melakukan control kesehatan, dan dinyatakan gula darahnya tinggi, dan setelah rutin mengkonsumsi tutuh ini, gula darahnya normal dalam seminggu, dan kesehatannya tetap stabil.   Ada anggota polisi yg mengidap asam urat serta sakit kepalanya tidak sembuh sudah hampir 4th lamanya dan telah konsumsi berbagai macam obat dari dokter setelah mengkonsumsi tutuh ini dalam kurang dari sebulan dalam 2x melakukan tutuh dan shaking sekarang dah normal dan bertugas tanpa konsumsi obat lagi di porles mengwi.
            -          Putu Wahyuni : Sakit Kepala, dan ketombe nya juga bisa sembuh dengan tutuh 
            -          Kadek Satiasih : Berulang kali ke dokter dan ke dukun, karena lengan kanannya terasa sakit, tetapi tidak pernah ada perubahan, akhirnya sekarang rutin metutuh, baru sekitar 2 minggu, perubahannya sudah 75% 
            -          Pan Tari (buduk) : Istrinya adalah penderita sakit kepala yg bisa dibilang kronis, sehingga untuk mengurangi rasa sakit pada kepalanya, dia harus mengeluarkan uang rata-rata 3 juta per bulan, untuk membeli obat dari salah satu produk multi level. Khasiat tutuh dirasakan sejak pertama kali metutuh, dan setelah rutin, sekarang dia sudah sembuh total. 
            -          Ketut Kebek (ibu kandung penulis) : Tekanan darah tinggi, pernah masuk ruang ICCU selama 4 hari, dengan tensi 290. Dengan paksaan dari penulis, dia rutin metutuh, dan syukur.., sekarang tensi tertinggi nya yg semula dianggap normal adalah 160-170, sekarang selalu dalan kisaran 120-130.
-          Dewi, Putu Wahyuni, Dek Uci, Ibu Ayu, dan Pak Koming : Kelima orang tersebut pernah secara langsung penulis liat sendiri di Ashram, begitu ditutuh, sakit bebainannya kumat, ngomong tidak karuan, dan akhirnya menyatakan diri kabur, dan tidak pernah kumat lagi sampai sekarang
-     Komang Moha ( Singapadu), sejak bertahun-tahun, dia mengalami pilek berat, dan tidak pernah sembuh. Dokter mengatakaan, bahwa dia terkena sinus. Akhirnya, setelah seminggu, mengkonsumsi tutuh, sinus yg dideritanya berangsur hilang, dan sekarang, setelah kurang lebih 2 bulan mengkonsumsi tutuh, sinus yg dideritanya sudah sembuh total, dan dia bisa beraktivitas dengan normal kembali

Masih banyak lagi kesaksian dari para pemakai tutuh ini, yg apabila penulis ceritakan, bisa-bisa ceritanya tidak habis buat dibaca seharian. Ini bukan cerita dan promosi dagang obat, karena tidak ada unsur bisnis didalamnya. Yang pasti, sedemikian banyaknya khasiat air tutuh ini dalam menolong umat, dengan tanpa ritual dan pantangan khusus. Hanya bermodalkan Keberanian dan keyakinan, dan do’a sendiri secara tulus kepada Ida Sang Hyang Widhi, dalam memohon tamba tutuh ini.

Berapa uang yg diperlukan untuk mengikuti therapy ini??? Jawabannya adalah Rp. 0, alias GRATIS…, Murni untuk membantu umat, sebagai salah satu misi dari Shri Bhagawan Satya Saibaba, “Cintai Semua, Layani Semua, Tangan yang Memberikan Bantuan Lebih Suci Dari Mulut Yang Mengucapkan Do’a”

Akhir tulisan, Penulis atas nama Ashram mengundang semua orang yg sempat membaca tulisan ini, dan merasa memiliki keluhan yg berhubungan dengan kesehatan, atau sekedar ingin merasakan khasiat dan kegunaan tutuh, sharing tentang agama dan kehidupan, untuk datang ke Ashram, dan mohon petunjuk Ida Nak Lingsir, dengan bebas, dan tanpa beban. 

Dan untuk bisa mengetahui bangaimana cara metutuh versi Ashram Gayatri, bisa di klik di sini : cara metutuh